(Foto: Pasqual GORRIZ/UNIFIL)
17 Februari 2012, Lebanon: Kontingen Garuda TNI bersama beberapa negara yang bertugas di negara konflik Lebanon sebagai Pasukan Perdamaian PBB (Peacekeers) yang tergabung dalam misi United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL), melakukan latihan menembak bersama dengan Lebanese Armed Forces (LAF) pada 14-15 Februari 2012. Dalam latihan bersama tersebut, Kontingen Garuda TNI diwakili oleh Satgas Indonesia Force Protection Company (Indo FPC) XXVI-D2.
Latihan menembak bersama antara UNIFIL dengan Militer Lebanon/LAF dengan sandi "Neptune Thunder I-12" dilaksanakan tidak jauh dari perbatasan Lebanon-Israel, tepatnya di UNP 3-1 Coral Beach Naqoura. Persenjataan yang digunakan dalam latihan tersebut mengutamakan penggunaan Ranpur (Kendaraan Tempur) yang dimiliki oleh negara-negara yang tergabung dalam misi UNIFIL, seperti yang digunakan oleh Pasukan Irlandia dengan Mortar Automatic 120 mm dan Granade Launcher 40 mm.
Satgas Indo FPC menggunakan Ranpur VAB (Vehicule de l'Avant Blinde) yang merupakan kendaraan lapis baja dengan kemampuan senjata SMB Browning kaliber 12,7 mm. Target tembakan dalam latihan tersebut diletakkan terapung di lepas pantai yang disimulasikan sebagai kapal laut.
Keikutsertaan Satgas Indo FPC XXVI-D2 dalam latihan "Neptune Thunder I-12" ini diwakili oleh 15 prajurit di bawah pimpinan Kapten Kav I Nyoman Artawan. Dalam kesempatan ini hadir Komandan Kontingen Garuda TNI Kolonel Adm Darmawan Bakti, yang juga menjabat sebagai Komandan Satgas FHQSU XXVI-D1, dan Komandan Satgas Indo FPC Kapten Inf Wimoko, didampingi Pasiops Satgas Indo FPC Kapten Psk Firasat Amansyah.
Sebuah kehormatan bahwa Project Officer dalam latihan Neptune Thunder berasal dari Prajurit TNI yaitu Kapten Inf Fanny Pantouw, yang sehari-hari menjabat sebagai Staff Officer J-7 UNIFIL. Prajurit TNI yang mengikuti latihan ini dapat melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik.
"Latihan Neptune Thunder I-12 kali ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan keahlian di bidang pertahanan dan pengetahuan bersama antara pasukan yang tergabung dalam misi UNIFIL. Untuk masa yang akan datang pasukan Garuda TNI merencanakan menggunakan Kendaraan Tempur buatan dalam negeri ANOA, agar dapat memperkenalkan produk persenjataan militer yang dibuat oleh Indonesia ke dunia Internasional," demikian yang dikatakan Kolonel Adm Darmawan Bak
Sabtu, 18 Februari 2012
Produksi N219 Didukung Investor Belanda
N-219 cutaway. (Gambar: Noviarli)
17 Februari 2012, Bandung: Produksi 30 pesawat N219 oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI) atas pesanan perusahaan penerbangan PT Nusantara Buana Air (NBA) pendanaannya didukung oleh investor Belanda, RT ComInvestment Co. Ltd.
"Pendanaan untuk produksi 20 pesawat N219 itu sudah ditandatangani di Singapura antara PT NBA dengan RT ComInvesment Co. Ltd., investor asal Belanda hari Rabu lalu," kata Sonny Saleh Ibrahim, Asisten Dirut Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan merangkap Pembina Komunikasi Perusahaan PTDI, di Bandung, hari Jumat (17/2).
Sonny Ibrahim menambahkan pada hari yang sama, PTDI menandatangani letter of intent (surat pernyataan minat) pesanan 20 pesawat N219 dan opsi penambahan untuk 10 pesawat berikutnya.
Penandatanganan yang dilaksanakan di sela-sela acara Pameran Dirgantara (Airshow) Singapura itu disaksikan oleh tiga Menteri, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.
PTDI dalam acara penandatanganan itu diwakili langsung oleh Direktur Utama Budi Santoso, Direktur Teknologi dan Pengembangan merangkat Direktur Administrasi Dita Donny Jafri, Direktur Aerostructure Andi Alisyahbana, Direktur Aircraft Services Budi Wuraskito dan Direktur Aircraft Integration merangkap Direktur Keuangan Budiman Saleh.
"Kepercayaan yang diberikan kepada PTDI untuk pembuatan pesawat N219 itu semakin menunjukkan bahwa keberadaan kami benar-benar menjadi bagian penting dari berkembangnya transportasi udara di tanah air," kata Sonny Ibrahim, mantan Kepala Program Roket PTDI.
Nilai kontrak dalam rencana pembelian pesawat N219 oleh PT NBA yaitu sebesar 120 juta dolar AS. Kedua perusahaan selanjutnya setuju untuk melakukan diskusi dan negosiasi dalam hal teknik dan aspek bisnis.
N219 merupakan pesawat perintis yang digerakkan oleh dua mesin turboprop dengan jumlah penumpang 19 orang dan dayaangkut (payload) 3.000 kg dan berkecepatan jelajah 213 knots. Saat ini N219 sedang dalam proses pengembangan dengan agenda sertifikasi pada kuartal pertama tahun 2014.
Pesawat N219 dirancang berkemampuan tinggal landas dan lepas landas dari bandara pendek (Short Take Off and Landing/STOL), 600 meter
Pada hari sama dengan penandatanganan pesanan untuk N219 itu, PTDI juga menandatangani kontrak dengan Airbus Military dalam pembuatanan sembilan pesawat transport militer C295. PTDI akan membuat sejumlah komponen penting pesawat tersebut, termasuk bagian ekor, badan pesawat (fuselage).
Pesawat-pesawat C295 yang akan digunakan TNI-AU itu mulai akan diterima antara tahun 2012-2014. Pesawat hasil produksi bersama itu selanjutnya disebut CN-295
17 Februari 2012, Bandung: Produksi 30 pesawat N219 oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI) atas pesanan perusahaan penerbangan PT Nusantara Buana Air (NBA) pendanaannya didukung oleh investor Belanda, RT ComInvestment Co. Ltd.
"Pendanaan untuk produksi 20 pesawat N219 itu sudah ditandatangani di Singapura antara PT NBA dengan RT ComInvesment Co. Ltd., investor asal Belanda hari Rabu lalu," kata Sonny Saleh Ibrahim, Asisten Dirut Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan merangkap Pembina Komunikasi Perusahaan PTDI, di Bandung, hari Jumat (17/2).
Sonny Ibrahim menambahkan pada hari yang sama, PTDI menandatangani letter of intent (surat pernyataan minat) pesanan 20 pesawat N219 dan opsi penambahan untuk 10 pesawat berikutnya.
Penandatanganan yang dilaksanakan di sela-sela acara Pameran Dirgantara (Airshow) Singapura itu disaksikan oleh tiga Menteri, Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan.
PTDI dalam acara penandatanganan itu diwakili langsung oleh Direktur Utama Budi Santoso, Direktur Teknologi dan Pengembangan merangkat Direktur Administrasi Dita Donny Jafri, Direktur Aerostructure Andi Alisyahbana, Direktur Aircraft Services Budi Wuraskito dan Direktur Aircraft Integration merangkap Direktur Keuangan Budiman Saleh.
"Kepercayaan yang diberikan kepada PTDI untuk pembuatan pesawat N219 itu semakin menunjukkan bahwa keberadaan kami benar-benar menjadi bagian penting dari berkembangnya transportasi udara di tanah air," kata Sonny Ibrahim, mantan Kepala Program Roket PTDI.
Nilai kontrak dalam rencana pembelian pesawat N219 oleh PT NBA yaitu sebesar 120 juta dolar AS. Kedua perusahaan selanjutnya setuju untuk melakukan diskusi dan negosiasi dalam hal teknik dan aspek bisnis.
N219 merupakan pesawat perintis yang digerakkan oleh dua mesin turboprop dengan jumlah penumpang 19 orang dan dayaangkut (payload) 3.000 kg dan berkecepatan jelajah 213 knots. Saat ini N219 sedang dalam proses pengembangan dengan agenda sertifikasi pada kuartal pertama tahun 2014.
Pesawat N219 dirancang berkemampuan tinggal landas dan lepas landas dari bandara pendek (Short Take Off and Landing/STOL), 600 meter
Pada hari sama dengan penandatanganan pesanan untuk N219 itu, PTDI juga menandatangani kontrak dengan Airbus Military dalam pembuatanan sembilan pesawat transport militer C295. PTDI akan membuat sejumlah komponen penting pesawat tersebut, termasuk bagian ekor, badan pesawat (fuselage).
Pesawat-pesawat C295 yang akan digunakan TNI-AU itu mulai akan diterima antara tahun 2012-2014. Pesawat hasil produksi bersama itu selanjutnya disebut CN-295
RI-China Perkuat Kerja Sama Pertahanan
Rudal C-705.
17 Februari 2012, Jakarta: Pemerintah Indonesia dan Republik Rakyat China sepakat memperkuat kerja sama pertahanan kedua negara, yang telah terjalin baik, utamanya dalam industri pertahanan.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin saat ditemui ANTARA di Jakarta, Jumat petang mengatakan, komitmen memperkuat kerja sama industri pertahanan keduua negara menjadi salah satu topik utama bahasan antara Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dengan mitranya Menteri Pertahanan China Jenderal Liang Guanglie di Beijing pekan depan.
"Kami sudah melakukan banyak kerja sama baik pendidikan dan latihan pertukaran perwira dan lainnya, dan kita juga telah merintis beraam kerja sama industri pertahanan," kata Brigjen Hartind Asrin.
Kerja sama pertahanan kedua negara sebenarnya sudah berlangsung cukup lama, hingga pada 2006 telah dirintis forum konsultasi bersama yang pertama di Jakarta dan dilanjutkan dengan forum konsultasi bilateral kedua pada 2007 di Beijing.
Forum tersebut sangat baik dan dapat membantu dalam meningkatkan hubungan kerja sama pertahanan kedua negara, yang telah dibuktikan dengan dilakukannya penandatanganan Defence Cooperation Agreement (DCA) antara Indonesia-China pada 2007.
Meskipun DCA tersebut masih dalam proses ratifikasi di Indonesia dan belum dapat dilaksanakan,Menhan Purnomo mengharapkan forum konsultasi bilateral kedua negara dapat terus dilaksanakan sebagai wahana untuk meningkatkan hubungan bilateral bidang pertahanan.
Selain melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan China, Menhan Purnomo Yusgiantoro juga berencana melakukan kunjungan kehormatan kepada Wakil Perdana Menteri China Li Keqiang.
Tak hanya itu, Menhan juga berencana meninjau perusahaan roket dan peluru kendali China ALIT (Aerospace Long March International Trade and Co.Ltd) dan China Precision Machinery Impor-Export Cooperation terkait proyek peluru kendali C-705 yang diadakan untuk TNI Angkatan Laut
17 Februari 2012, Jakarta: Pemerintah Indonesia dan Republik Rakyat China sepakat memperkuat kerja sama pertahanan kedua negara, yang telah terjalin baik, utamanya dalam industri pertahanan.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin saat ditemui ANTARA di Jakarta, Jumat petang mengatakan, komitmen memperkuat kerja sama industri pertahanan keduua negara menjadi salah satu topik utama bahasan antara Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dengan mitranya Menteri Pertahanan China Jenderal Liang Guanglie di Beijing pekan depan.
"Kami sudah melakukan banyak kerja sama baik pendidikan dan latihan pertukaran perwira dan lainnya, dan kita juga telah merintis beraam kerja sama industri pertahanan," kata Brigjen Hartind Asrin.
Kerja sama pertahanan kedua negara sebenarnya sudah berlangsung cukup lama, hingga pada 2006 telah dirintis forum konsultasi bersama yang pertama di Jakarta dan dilanjutkan dengan forum konsultasi bilateral kedua pada 2007 di Beijing.
Forum tersebut sangat baik dan dapat membantu dalam meningkatkan hubungan kerja sama pertahanan kedua negara, yang telah dibuktikan dengan dilakukannya penandatanganan Defence Cooperation Agreement (DCA) antara Indonesia-China pada 2007.
Meskipun DCA tersebut masih dalam proses ratifikasi di Indonesia dan belum dapat dilaksanakan,Menhan Purnomo mengharapkan forum konsultasi bilateral kedua negara dapat terus dilaksanakan sebagai wahana untuk meningkatkan hubungan bilateral bidang pertahanan.
Selain melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan China, Menhan Purnomo Yusgiantoro juga berencana melakukan kunjungan kehormatan kepada Wakil Perdana Menteri China Li Keqiang.
Tak hanya itu, Menhan juga berencana meninjau perusahaan roket dan peluru kendali China ALIT (Aerospace Long March International Trade and Co.Ltd) dan China Precision Machinery Impor-Export Cooperation terkait proyek peluru kendali C-705 yang diadakan untuk TNI Angkatan Laut
Parlemen Belanda Masih Bingung Soal Leopard
Leopard. (Foto: MATEUS27_24&25)
17 Februari 2012: Pemerintah Belanda tidak menutup kemungkinan akan menjual tank Leopard tuanya ke Indonesia. Demikian pernyataan menteri Belanda Uri Rosenthal (Luar Negeri) dan Hans Hillen (Pertahanan) hari Rabu (15/02) menanggapi pertanyaan tertulis yang diajukan parlemen Belanda medio Januari lalu.
Arjan El Fassed, anggota parlemen dari Partai Kiri Hijau (Groenlinks), pertengahan Januari melayangkan pertanyaan tertulis kepada kabinet setelah laporan berbagai media, baik media Belanda maupun Indonesia, menunjukkan bahwa negosiasi mengenai kesepakatan transaksi belum dihentikan, meski telah ada himbauan dari Parlemen. Radio Nederland menanyakan komentar El Fassed akan tanggapan yang diberikan kabinet.
Belum Bertindak
Anggota parlemen El Fassed kepada Radio Nederland mengatakan, parlemen belum mengambil tindakan karena belum ada kesepakatan apa-apa. Namun jika kesepakatan sampai diambil, kabinet harus tetap menginformasikannya dulu kepada parlemen. Dan saat itu akan ditinjau kembali apakah situasi hak asasi manusia masih terancam di Indonesia.
Sebelum Kementerian Pertahanan diizinkan melakukan transaksi alutsista dengan negara tertentu, mereka harus meminta rekomendasi dari Kementerian Luar Negri mengenai situasi terkini di negara tersebut. Rekomendasi tersebut lalu harus disampaikan ke Parlemen. Stempel "kondusif/ tidak kondusif" dari Kemenlu sangat berperan dalam menentukan kelanjutan transaksi.
"Mayoritas anggota parlemen telah meminta pemerintah Belanda untuk tidak menjual tank Leopard ke Indonesia karena keterlibatan militer Indonesia dengan pelanggaran hak asasi manusia. Di Belanda berlaku bahwa transaksi alat utama sistem senjata (alusista) senilai di atas 2 juta Euro harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari parlemen. Yang terjadi saat ini adalah mayoritas anggota parlemen menyetujui bahwa situasi Indonesia tidak kondusif untuk membeli tank-tank kami."
Jangan Gegabah
"Indonesia dan beberapa negara lain telah menunjukkan minatnya membeli tank Leopard. Pembicaraan tertutup telah dilakukan dengan negara-negara tersebut yang dapat berujung pada kesepakatan penjualan,'' kata menteri Rosenthal dan Hillen. Jika proses telah sampai pada tahap tersebut, para menteri sebelumnya diharuskan melaporkan hal ini pada Parlemen.
"Kalau pada akhirnya kabinet Belanda memutuskan mengikat kesepakatan dengan Indonesia, tetap saja harus dilihat kemungkinan adanya pelecehan hak asasi manusia. Saat ini, sampai saat ini, kebanyakan dari kami merasa transaksi tidak boleh dilakukan. Adanya penjualan bisa diartikan sebagai sinyal yang salah dari pemerintah Belanda, jika kita melihat situasi di Papua Barat saat ini," demikian El Fassed menjelaskan kepada Radio Nederland.
Ketika ditanya apakah Belanda akhirnya tidak rugi kalau begitu saja melewatkan kemungkinan transaksi senilai 213 juta dollar yang sanggup dikeluarkan pemerintah Indonesia demi rongsokan tanknya, El Fassed mengatakan Belanda tidak boleh gegabah dan harus tetap berpegang pada peraturan yang ada.
"Yaaah, kalau mengenai masalah itu kita kembali lagi ke debat tak berujung; uang atau moral. Tapi kami (parlemen) berpegang pada ketetapan Eropa yang mengatakan dalam transaksi senjata kita harus mencermati risiko pemakaian senjata tersebut di kemudian hari."
Menghalau Demonstrasi
Indonesia dinilai masih sangat kurang menghormati hak-hak asasi manusia, terutama di Papua Barat. Parlemen mengkhawatirkan Indonesia akan menggunakan tank Leopard untuk menekan rakyatnya. Apakah Indonesia sebegitu tidak dipercayanya untuk diperbolehkan membeli tank?
"Begini, keberatan bukan hanya datang dari parlemen Belanda. DPR Indonesia sendiri juga tidak seluruhnya sepaham kok. Mereka meragukan apakah tank ini cocok untuk situasi di sana. Apakah dana yang dialokasikan tidak ketinggian. Tapi itu urusannya parlemen Indonesia, bukan urusan saya", tegas anggota parlemen Belanda ini.
"Lagipula Indonesia itu terdiri dari banyak pulau. Tank semacam ini bukanlah senjata yang efektif digunakan di situasi kepulauan. Karena itu menurut kami hanya ada satu alasan mengapa mereka mau membeli tank ini; untuk digunakan di kota besar untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan seperti yang Anda lihat terjadi di negara-negara arab. Kemungkinan inilah yang ingin kami cegah."
Tidak Kecolongan Lagi
Bagaimana dengan desakan untuk berhemat bagi Kementerian Pertahanan, seperti layaknya bagi semua institusi pemerintahan di Belanda?
"Ya betul. Tapi walaupun demikian transaksi tidak harus buru-buru dilakukan. Nilai pakai tank tidak akan lantas berkurang. Menurut kami langkah penghematan tidak boleh dijadikan alasan untuk begitu saja berkelit dari peraturan yang telah ditetapkan Eropa atas penjualan senjata," lanjut El Fassed.
Menurutnya Belanda harus lebih berhati-hati agar tidak dipermalukan lagi seperti yang terjadi tempo hari di Bahrain dan Mesir, juga Libya. Melalui layar televisi kita melihat tank-tank Belanda digunakan untuk menghalau para demonstran. Saat itu Den haag kecolongan karena mereka tidak menyelidiki perihal ini dengan cermat. Demikian Arjan El Fassed kepada Radio Nederland
17 Februari 2012: Pemerintah Belanda tidak menutup kemungkinan akan menjual tank Leopard tuanya ke Indonesia. Demikian pernyataan menteri Belanda Uri Rosenthal (Luar Negeri) dan Hans Hillen (Pertahanan) hari Rabu (15/02) menanggapi pertanyaan tertulis yang diajukan parlemen Belanda medio Januari lalu.
Arjan El Fassed, anggota parlemen dari Partai Kiri Hijau (Groenlinks), pertengahan Januari melayangkan pertanyaan tertulis kepada kabinet setelah laporan berbagai media, baik media Belanda maupun Indonesia, menunjukkan bahwa negosiasi mengenai kesepakatan transaksi belum dihentikan, meski telah ada himbauan dari Parlemen. Radio Nederland menanyakan komentar El Fassed akan tanggapan yang diberikan kabinet.
Belum Bertindak
Anggota parlemen El Fassed kepada Radio Nederland mengatakan, parlemen belum mengambil tindakan karena belum ada kesepakatan apa-apa. Namun jika kesepakatan sampai diambil, kabinet harus tetap menginformasikannya dulu kepada parlemen. Dan saat itu akan ditinjau kembali apakah situasi hak asasi manusia masih terancam di Indonesia.
Sebelum Kementerian Pertahanan diizinkan melakukan transaksi alutsista dengan negara tertentu, mereka harus meminta rekomendasi dari Kementerian Luar Negri mengenai situasi terkini di negara tersebut. Rekomendasi tersebut lalu harus disampaikan ke Parlemen. Stempel "kondusif/ tidak kondusif" dari Kemenlu sangat berperan dalam menentukan kelanjutan transaksi.
"Mayoritas anggota parlemen telah meminta pemerintah Belanda untuk tidak menjual tank Leopard ke Indonesia karena keterlibatan militer Indonesia dengan pelanggaran hak asasi manusia. Di Belanda berlaku bahwa transaksi alat utama sistem senjata (alusista) senilai di atas 2 juta Euro harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari parlemen. Yang terjadi saat ini adalah mayoritas anggota parlemen menyetujui bahwa situasi Indonesia tidak kondusif untuk membeli tank-tank kami."
Jangan Gegabah
"Indonesia dan beberapa negara lain telah menunjukkan minatnya membeli tank Leopard. Pembicaraan tertutup telah dilakukan dengan negara-negara tersebut yang dapat berujung pada kesepakatan penjualan,'' kata menteri Rosenthal dan Hillen. Jika proses telah sampai pada tahap tersebut, para menteri sebelumnya diharuskan melaporkan hal ini pada Parlemen.
"Kalau pada akhirnya kabinet Belanda memutuskan mengikat kesepakatan dengan Indonesia, tetap saja harus dilihat kemungkinan adanya pelecehan hak asasi manusia. Saat ini, sampai saat ini, kebanyakan dari kami merasa transaksi tidak boleh dilakukan. Adanya penjualan bisa diartikan sebagai sinyal yang salah dari pemerintah Belanda, jika kita melihat situasi di Papua Barat saat ini," demikian El Fassed menjelaskan kepada Radio Nederland.
Ketika ditanya apakah Belanda akhirnya tidak rugi kalau begitu saja melewatkan kemungkinan transaksi senilai 213 juta dollar yang sanggup dikeluarkan pemerintah Indonesia demi rongsokan tanknya, El Fassed mengatakan Belanda tidak boleh gegabah dan harus tetap berpegang pada peraturan yang ada.
"Yaaah, kalau mengenai masalah itu kita kembali lagi ke debat tak berujung; uang atau moral. Tapi kami (parlemen) berpegang pada ketetapan Eropa yang mengatakan dalam transaksi senjata kita harus mencermati risiko pemakaian senjata tersebut di kemudian hari."
Menghalau Demonstrasi
Indonesia dinilai masih sangat kurang menghormati hak-hak asasi manusia, terutama di Papua Barat. Parlemen mengkhawatirkan Indonesia akan menggunakan tank Leopard untuk menekan rakyatnya. Apakah Indonesia sebegitu tidak dipercayanya untuk diperbolehkan membeli tank?
"Begini, keberatan bukan hanya datang dari parlemen Belanda. DPR Indonesia sendiri juga tidak seluruhnya sepaham kok. Mereka meragukan apakah tank ini cocok untuk situasi di sana. Apakah dana yang dialokasikan tidak ketinggian. Tapi itu urusannya parlemen Indonesia, bukan urusan saya", tegas anggota parlemen Belanda ini.
"Lagipula Indonesia itu terdiri dari banyak pulau. Tank semacam ini bukanlah senjata yang efektif digunakan di situasi kepulauan. Karena itu menurut kami hanya ada satu alasan mengapa mereka mau membeli tank ini; untuk digunakan di kota besar untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan seperti yang Anda lihat terjadi di negara-negara arab. Kemungkinan inilah yang ingin kami cegah."
Tidak Kecolongan Lagi
Bagaimana dengan desakan untuk berhemat bagi Kementerian Pertahanan, seperti layaknya bagi semua institusi pemerintahan di Belanda?
"Ya betul. Tapi walaupun demikian transaksi tidak harus buru-buru dilakukan. Nilai pakai tank tidak akan lantas berkurang. Menurut kami langkah penghematan tidak boleh dijadikan alasan untuk begitu saja berkelit dari peraturan yang telah ditetapkan Eropa atas penjualan senjata," lanjut El Fassed.
Menurutnya Belanda harus lebih berhati-hati agar tidak dipermalukan lagi seperti yang terjadi tempo hari di Bahrain dan Mesir, juga Libya. Melalui layar televisi kita melihat tank-tank Belanda digunakan untuk menghalau para demonstran. Saat itu Den haag kecolongan karena mereka tidak menyelidiki perihal ini dengan cermat. Demikian Arjan El Fassed kepada Radio Nederland
Langganan:
Postingan (Atom)